Sabtu, 22 Oktober 2011

"Manusia bukan hanya sebagai mahluk biologi,tetapi mahluk sosial dan politik"

Selain manusia sebagai mahluk biologi, manusia juga disebut
sebagai makhluk sosial. Artinya manusia memiliki kebutuhan dan
kemampuan serta kebiasaan untuk berkomunikasi dan berinteraksi
dengan manusia yang lain, selanjutnya interaksi ini berbentuk kelompok.
Kemampuan dan kebiasaan manusia berkelompok ini disebut juga
dengan zoon politicon.
Istilah manusia sebagi zoon politicon pertama kali dikemukakan
oleh Aristoteles yang artinya manusia sebagai binatang politik. Manusia
sebagai insan politik atau dalam istilah yang lebih populer manusia
sebagi zoon politicon, mengandung makna bahwa manusia memiliki kemampuan untuk hidup berkelompok dengan manusia yang lain dalam
suatu organisasi yang teratur, sistematis dan memiliki tujuan yang jelas,
seperti negara. Sebagai insan politik, manusia memiliki nilai-nilai yang
bisa dikembangkan untuk mempertahankan komunitasnya.
Argumen yang mendasari pernyataan ini adalah bahwa manusia
sebagaimana binatang, hidupnya suka mengelompok.
Hanya saja antara manusia dan binatang berbeda memiliki cara
mengelompok yang berbeda, hewan mengandalkan naluri,
sedangkan manusia berkelompok dilakukan
melalui proses belajar dengan menggunakan akal pikirannya.
Sifat berkelompok pada manusia didasari pada kepemilikan
kemampuan untuk berkomunikasi, mengungkapkan rasa dan
kemampuan untuk saling bekerjasama. Selain itu juga adanya
kepemilikan nilai pada manusia untuk hidup bersama dalam kelompok,
antara lain: nilai kesatuan, nilai solidaritas, nilai kebersamaan dan nilai
berorganisasi.
Nilai adalah prinsip-prinsip dasar yang dianggap paling baik,
paling bermakna, paling berguna, paling menguntungkan, dan paling
dapat mendatangkan kebiasaan bagi manusia. Nilai kesatuan mengandung
makna bahwa komunitas politik merupakan kumpulan orang-orang
yang memiliki tekad untuk bersatu dan komunitas politik hanya terwujud
apabila ada persatuan. Nilai solidaritas mengandung makna bahwa
hubungan antar manusia dalam komunitas politik bersifat saling
mendukung dan selalu membuka kesempatan untuk bekerja sama
dengan manusia yang lain. Nilai kebersamaan mengandung arti
komunitas politik merupakan wadah bagi mereka untuk mewujudkan
tujaun hidup yang diidam-idamkan. Nilai organisasi mengandung makna
bahwa komunitas politik yang dibangun manusia, mengatur dirinya dalam
bentuk pengorganisasi yang memungkinkan tiap-tiap menudia mengambil
perannya.
Aktualisasi manusia sebagai makluk sosial, tercermin dalam
kehidupan berkelompok. Manusia selalu berkelompok dalam hidupnya.
Berkelompok dalam kehidupan manusia adalah suatu kebutuhan, bahkan
bertujuan. Tujuan manusia berkelompok adalah untuk meningkatkan
kebahagiaan dan kesejahteraan hidupnya. Apapun bentuk kelompoknya,
disadari atau tidak, manusia berkelompok mempunyai tujuan
meningkatkan kebahagiaan hidupnya. Melalui kelompok manusia bisa
memenuhi berbagai macam kebutuhan hidupnya, bahkan bisa dikatakan
kebahagiaan dan keberdayaan hidup manusia hanya bisa dipenuhi
dengan cara berkelompok. Tanpa berkelompok tujuan hidup manusia
yaitu mencapai kebahagiaan dan kesejahteraan tidak akan bisa tercapai.
Manusia merupakan makluk individu dan sekaligus sebagai
makluk sosial. Sebagai makluk sosial manusia selalu hidup berkelompok
dengan manusia yang lain. Perilaku berkelompok (kolektif) pada diri
manusia, juga dimiliki oleh makluk hidup yang lain, seperti semut, lebah,
burung bangau, rusa, dansebagainya, tetapi terdapat perbedaan yang
esensial antara perilaku kolektif pada diri manusia dan perilaku kolektif
pada binatang.
Kehidupan berkelompok (perilaku kolektif) binatang bersifat
naluri, artinya sudah pembawaan dari lahir, dengan demikian sifatnya
statis yang terbentuk sebagai bawaan dari lahir. Contoh bentuk rumah
lebah, sejak dahulu sampai sekarang tidak ada perubahan, demikian
halnya dengan rumah semut dan hewan lainnya. Sebaliknya perilaku
kolektif manusia bersifat dinamis, berkembang, dan terjadi melalui proses
belajar (learning process).
Berkelompok dalam kehidupan manusia juga merupakan suatu
kebutuhan yang harus dipenuhi. Beberapa kebutuhan hidup manusia
yang dapat dipenuhi melalui kehidupan berkelompok antara lain:
komunikasi, keamanan, ketertiban, keadilan, kerjasama, dan untuk
mendapatkan kesejahteraan. Kehidupan berkelompok manusia tercermin
dalam berbagai bentuk, mulai dari kelompok yang terorganisir maupun
yang tidak terorganisir.
Kehendak untuk hidup berkelompok pada diri manusia merupakan
suatu perilaku yang lahir secara spontan, relatif tidak terorganisasi, dan
hampir tidak diduga sebelumnya, proses kelanjutannya tidak terencana,
dan hanya tergantung kepada stimulasi timbal balik yang muncul dikalangan para pelakunya. Terhadap pernyataan ini, sering
ditemukan adanya pengelompokkan manusia yang semula teratur dan
tertib, tiba-tiba berubah tanpa rencana, tanpa sebab, dan tanpa arah
menjadi kerumunan yang menimbulkan kekacauan sosial dan pengrusakan.
Seperti kasus demonstrasi, suporter sepakbola, dan tawuran
yang sering terjadi di kalangan pelajar atau masyarakat baik di Indonesia maupun di negara-negara diluar Indonesia.
Perilaku berkelompok (perilaku kolektif) pada manusia karena
terjadi melalui proses belajar menyebabkan munculnya beragam jenis,
diantaranya: perilaku kerumunan (crowd), perilaku massa, gerakan
sosial, perilaku dalam bencana, gerombolon, kericuhan (panics), desasdesus, keranjingan, gaya (fad), model (fashions), propaganda, pendapat umum, dan revolusi. 
Di samping itu juga Manusia di sebut juga sebagai mahluk politik karena MANUSIA adalah zoon politicon, kata Plato dalam bukunya Republica. Sebagai bagian dari zoon politicon, manusia secara individual merupakan elemen terkecil dari sebuah negara.

Kumpulan individu-individu yang menempati daerah tertentu membentuk kesatuan masyarakat. Himpunan masyarakat yang menempati daerah atau wilayah yang lebih luas membentuk sebuah negara. Sebagai makhluk politik, eksistensi manusia tidak terpisahkan dengan konsepsi negara.

Bagi Plato, kumpulan individu yang membentuk masyarakat dan akhirnya memunculkan entitas negara adalah tujuan sempurna zoon politicon sehingga mencapai kebaikan bersama. Politik, dalam arti kata kesalinghubungan (interrelation) antarmanusia merupakan salah satu dimensi terpenting dari manusia.

Dalam pandangan Aristoteles, politik adalah kenyataan tak terelakkan dari kehidupan manusia. Kenyataan ini terlihat dari berbagai aktivitas manusia, misalnya, ketika manusia berusaha menduduki suatu jabatan tertentu, seseorang mencoba meraih kesejahteraan bagi dirinya atau golongannya dengan berbagai sumber daya yang ada, atau juga seseorang atau institusi yang berusaha memengaruhi seorang yang lain atau institusi lain. Beberapa contoh tersebut adalah kenyataan politik dalam pemahaman seluas-luasnya.

Politik dalam pengertian yang ideal berusaha memanifestasikan nilai-nilai luhur yang ada dalam masyarakat. Pandangan ideal ini secara logik berangkat dari logika berpikir sederhana dengan dikotomi hitam-putih; benar-salah. Aktivis politik yang berusaha mencapai impian menciptakan tatanan masyarakat yang baik akan menempuh jalan atau cara yang menurut kategorinya baik. Namun dalam riil politik, logika berpikir demikian sungguh kenyataan yang sukar untuk diterapkan. Ini disebabkan realitas yang terjadi di masyarakat yang sangat kompleks. Selain kita yang punya paramater tertentu tentang kebaikan, pihak lain juga memiliki hal yang sama. Alih-alih parameter itu sama, malah yang sering ada adalah perbedaan. Perbedaan ini dalam kapasitas yang lebih jauh akan sangat berpengaruh pada pola kepentingan yang berkembang. Keanekaragaman kepentingan pada tahap tertentu menimbulkan konflik nyata yang tidak terhindarkan. Kepentingan yang menimbulkan konflik menjadi dasar tindakan yang kadangkala membenarkan segala cara.

Dalam perjuangan kepentingan inilah kekuasaan dikejar. Perjuangan yang kadang dijalankan dengan cara-cara tidak terpuji dan dilakukan hampir oleh sebagian besar politisi menimbulkan steotip bahwa politik itu kotor, keji, culas dan amoral. Politik secara simplistik dipahami dengan kekuasaan. Dalam pemahaman ini kekuasaan merupakan konsep yang selalu menjadi acuan untuk memahami arti politik. Orang melihat bahwa politik merupakan cara meraih dan mempertahankan kekuasaan.

Pada realitasnya kekuasaan adalah hanya salah satu aspek nilai yang terdapat dalam politik. Dalam politik sendiri terdapat nilai-nilai lain, antara lain, kekayaan, pendidikan, kesehatan, keahlian, penghormatan, penghargaan, afeksi, dan kebajikan. Dengan melihat sisi lain nilai intrinsik yang terdapat dalam politik inilah etika, fatsun dan moralitas politik perlu ditegakkan.

Manusia tidak mungkin menghindari kegiatan sosial dan politik. "Sebab manusia diciptakan Allah sebagai makhluk sosial dan politik," kata Ketua DPW PPP A Thoyfoer MC ketika membuka pendidikan pekerja politik (Dikpol) angkatan kedua yang diprakarsai DPC PPP Rembang, kemarin.
Acara yang dipusatkan di Kantor DPC itu berlangsung dua hari (4-5 Oktober), dengan narasumber Thoyfoer, Amir Machmud NS (Suara Merdeka), dan Machfudz Ali (KP2KKN Jateng).
Thoyfoer menjelaskan, manusia tak bisa menghindar dari kegiatan sosial, karena untuk makan saja tidak bisa melakukan sendiri. Pendek kata, manusia tidak mungkin menanam padi sendiri, menanam sayur sendiri, atau membuat garam sendiri. Jadi, dalam menjalankan kehidupan sehari-hari membutuhkan keterlibatan orang lain. "Inilah yang disebut mahkluk sosial," katanya.
Manusia juga tak akan bisa menghindar dari kegiatan politik. Ini karena karena manusia sebagai mahkluk politik, yakni, hidup di dalam lingkungan orang banyak (masyarakat). Di dalam lingkungan itu akan terbagi-bagi menjadi lingkungan rumah tangga, RT, desa, kecamatan, kabupaten, provinsi, dan negara.
Masing-masing lingkungan membutuhkan pemimpin. Misalnya pemimpin rumah tangga, pemimpin desa sampai pemimpin negara. Untuk memilik pemimpin tidak mungkin dilakukan seorang diri, tetapi harus melalui proses yang membutuhkan keterlibatan orang lain. Contoh kecil dalam memilih pemimpin desa, harus dilakukan pemilihan dengan cara pencoblosan. Siapa yang mendapat suara terbanyak dialah yang akan menjadi pemimpin desa.
Menurut dia, memilih pemimpin dari tingkat yang terendah sampai tertinggi itu wajib, karena sesuai dengan pesan-pesan agama Islam. Demikian pula menjadi pekerja politik, juga termasuk perintah agama. "Karena merupakan perintah agama, maka bila dijalani sudah termasuk ibadah," kata politikus asal Lasem itu.
Pada kesempatan itu, dia juga mengatakan, sekarang ini masih banyak orang yang mengatakan PPP produk orde baru. Mereka tahunya cuma itu. Padahal semasa orde baru, PPP banyak memerangi kebijakan pemerintah yang dianggap menyimpang.
Dalam melakukan perjuangan membela kebenaran, PPP tidak akan melakukan cara-cara kekerasan seperti yang dilakukan teroris. PPP akan tetap konsisten menggunakan cara-cara sesuai kaidah agama Islam.